Rabu, 21 Desember 2011

FEATURE LINGKUNGAN

Pernah dengar pepatah tersebut? pasti sering. Pepatah ini bermaksud menjelaskan bahwa kemanapun kita pergi, kita wajib menghormati dan memahami budaya setempat. Termasuk saat berkendara. Namun pepatah ini tampaknya sekarang sudah luntur. Atau lebih parahnya lagi, hanya berlaku sepihak.
Sepihak? ya! Indonesia pada dasarnya memiliki budaya saling menghormati. Itu yang saya pelajari ketika SD. Namun seiring berjalannya waktu, saya kini lebih memahami bahwa untuk sebagian orang di negara ini bukan budaya menghormati yang berkembang, namun budaya gila hormat. Lha?
Pernah tidak, anda melewati sebuah lingkungan perkampungan saat membawa kendaraan, lalu anda melewati tongkrongan anak muda setempat yang berada dipinggir jalan? Apa yang anda lakukan? biasanya mematikan lampu atau mengucap permisi. Namun bagaimana saat anak anak muda tersebut melewati lingkungan perumahan (dalam hal ini kompleks perumahan) anda? Geber geber gas? ngebut? Saya sering kali melihat fenomena gila hormat seperti ini. Di-kampung-nya mereka merasa harus dihormati. Namun saat melewati daerah perumahan orang, mereka seakan tak punya santun. Kejadian macam ini sering terjadi di lingkungan perumahan saya. Alay kampungan tanpa santun ngebut dijalanan perumahan. Bahkan pernah menabrak anak kecil yang sedang bermain di jalanan yang tertutup untuk umum. Bahkan saat ada bazar warga yang ramai, anak-anak kampung itu ngebut dengan matic busuknya yang ber-ban kecil dan berknalpot berisik. Padahal banyak sekali warga, ibu-ibu dan anak kecil yang menyebrang jalan. Apa ini yang disebut budaya saling menghormati?

TEMAN

Arti Sahabat
Kalau ada pertanyaan tentang apa sih arti seorang sahabat, coba baca ini :
Kamu tau arti sahabat, apa berbedaanya dengan teman ?
Sahabat adalah orang yang paling dipercaya, yang bisa diajak cerita tentang masalah kita, yang ada di saat kita butuh atau bahkan saat kita tidak butuhpun sahabat ada disamping kita untuk menemani kita. Seorang sahabat sejati sulit sekali untuk kita cari atau kita jumpai, karena mencari sabat sejati itu memang bener-bener sangat sulit.
Teman adalah seseorang yang kita kenal dan seseorang yang bisa kita jumpai disaat tertentu atau tidak selamanya kita jumpai. Mencari teman itu mudah bahkan sangat mudah, kita cuma menemui orang yang tidak kita kenal, lalu mengajaknya kenalan, ketika sudah kenal maka ia sudah bisa kita anggap sebagai teman.
Sahabat adalah seseorang yang kalau kita lagi sedih ia bisa membuat kita tersenyum sementara ketika kita senang dia akan lebih senang dari kita. Yap, rasanya nggak terlalau berlebihan kalau keberadaan seorang sahabat emang sangat istimewa, Ia menjadi zat penting yang memberi warna dalam kehidupan kita. So, punya sahabat bukan lagi sebuah keharusan melainkan kebutuhan, pasti anda setuju bukan? Nah buat kamu yang sampai detik ini belum menemukan seseorang yang cocok intuk menjadikan sahabat, coba deh lebih keras lagi berusaha mencarinya. Punya sahabat itu ga ada ruginya, malah akan lebih banyak rezeki he…, sebab sekali lagi sahabat membuat hari-hari anda akan lebih hidup dan bermakna. Ga percaya, kalo gitu coba deh baca point-point berikut, dijamin kamu akan termotivasi untuk mencari sebanyak-banyaknya. Itu pun kalau kamu bisa menyimaknya bukan sekadang baca doang.
Sahabat itu teman curhat, ngga ada istialh stress ketika dirundung masalah, seberat apapun masalah itu kalau kita punya sahabat. Dalam hal ini sahabat bisa menjadi tempat berbagi cerita, teman curhat, yang nyaman. Kita bisa ngungkapin semua perasaan kita selain kepada keluarga (kalau jauh dari keluarga) atau pacar (sebaiknya jangan) yaitu kepada sahabat kita. Sahabat itu adalah dewa penolong. Butuh bantuan, butuh pertolongan kenapa engga lari ke sahabat. Siapa tau dia bisa bantu, bisa kasih solusi, atau paling tidak sekedar opini. Tapi bukan berarti setiap masalah harus lari ke sahabat, yang paling baik dan utama adalah dengan menyelesaikannya dengan sendiri, baru ke keluarga terus orang terdekat yaitu sahabat dan tidak lupa minta kepada yang di atas. Belajar mandiri ceritanya.
Sahabat itu orang yang yambung diajak ngobrol, enak diajak diskusi, teman berbincang yang menyenangkan dan semua itu akan tercapai manakala kamu bisa saling mengenal kepribadiannnya masing-masing (takut orangnya suka ngomongin rahasia orang, gawat men…), Sahabat itu orang yang dengan kelapangan hatinya bisa mengerti kita, dengan keterbukaan tangannya bisa menerima kita apa adanya, tanpa pernah berusaha mempengaruhi apalagi mengubah keadaan kita.
Sahabat itu cermin bagi diri kita, rujukan tempat kita mengekspresikan diri. Sahabat itu seperti tubuh, bila tubuh kita salah satu sakit, maka yang lain akan merasa sakit. Misalnya kalau kaki kita terantuk batu, pasti dengan mulut refleks akan bilang “aduh”, tangan langsung mengusap dan mengobatinya, tanpa diminta dan tanpa disuruh, begitu juga seorang sahabat dia akan punya kesadaran diri kalau sahabatnya sedang dalam kesulitan, dan itu dilakukan atas dasar keikhlasan bukan paksaan apalagi pamrih, ya seperti tubuh kita yang sakit tadi.
Kalau begitu, siapa sahabat kamu?

laporan lingkungan perkuliahan

Setiap orang pasti mendambakan untuk menimba ilmu sampai ke jenjang perkuliahan, kebanyakan orang mendambakan memiliki gelar untuk mempermudah dalam mencari pekerjaan. Bagi remaja khususnya mereka yang akan masuk ke jenjang perkuliahan, sering memiliki gambaran bahwa kegiatan perkuliahan lebih santai daripada aktivitas sekolah,namun kenyataanya kegiatan kuliah lebih banyak menyita waktu dan pikiran terutama pada akhir semester. Banyak sekali tugas yang diberikan oleh dosen ketika menjelang akhir semester.Fenomena tersebut hampir terjadi di setiap universitas, yang terkenal dengan banyaknya kegiatan yang menyita waktu dan pikiran mahasiswa. mengingat pada semester ganjil kali ini dirinya mengambil cukup banyak sks sehingga tidak heran apabila pada akhir semster kali ini, tugas yang menjadi bebannya menjadi begitu banyak dan melelahkan. Untuk menyelesaikan salah satu tugas final project saja ia sampai tidak pulang ke rumah selama dua hari, makanpun ia lakukan pabila ingat saja. Itu semua dikarenakan ia terlalu fokus terhadap tugas yang dibebankan padanya. Ia mengaku kalau ia sampai tidak tidur semalaman karena mengerjakan tugas. Di setiap akhir semester pula, mahasiswa sering merasa putus asa dan kehilangan semangat dalam berkuliah karena berjumpa denga tugas akhir semester yang begitu dahsyat

LAPORAN RADAR MALANG DAN MALANG POS

Seorang  penulis  khususnya Wartawan, dalam meliput berita harus memenuhi kriteri 5W+ 1 H, yaitu: What ( Apa), Who ( Siapa), When ( Kapan),  Why ( Kenapa), Where ( Dimana)+ How ( Bagaimana). Namun terkadang menjadi seorang penulis khususnya Wartawan masih kurang dalam menerapkan kriteria 5W+ 1H. Karena dari keterbatasan informasi. Meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencarinya. Dan teori dari jurnalistik itu sangat penting untuk diterapkan. Seorang Wartawan dalam mencari informasi,  berita atau fakta yang terjadi itu harus sedatail-detailnya, apa adanya, tidak dibuat-buat oleh seirang Wartawan tersebut..  Setelah itu diolah ( diketik kembali dengan kata-kata yang baku.Jadi seorang wartawan itu setelah meliput berita kemudian langsung mengolahnya dengan cara mengetik ulang dari hasil informasi, fakta-fakta yang telah didapat. Untuk hal ini khusus pada Wartawan Radar Malang. Disana terbagi menjadi beberapa bagian yaitu bagian Tim Redaktur, Editor, Lay-Out, Foto Grafer, Desain Grafis, pra-Cetak, dan sebagainya.
Proses selanjutnya yaitu dari Tim Wartawan itu,  khususnya wartawan Radar Malang menyerahkan kepada Tim Redaktur, Untuk diedit kembali hasil berita, informasi, fakta-fakta yang telah didapat.Berasal dari berbagai bidang antara lain Bidang Pendidikan, Ekonomi, Kesehatan, Politik, Olahraga, dan sebagainya itu diberi batas waktu atau datelain untuk mengumpulkan batas maksimal sampai jam 22.00 WIB. Kemudian melakukan proses pra-Cetak  yang bertempat di Radar Malang. Kemudian pada malam hari  melakukan proses catak asli yang bertempat di daerah Pakis. Dan paginya sudah bisa dibaca dari kalangan masyarakat. Jadi menjadi seorang Wartawan harus berjiwa Sabar, Ulet, Teliti, dan Tanggung Jawab, karena dari pagi meliput berita sampai malam hari masih tetap bekerja. Menjadi Wartawan itu  pekerjaan yang mulia.

Biografi Rikky Januarsam P.D dan Alasan mengikuti perkuliahan jurnalistik

Rikky januarsam p.d mahasiswa fakultas tarbiyah Jurusan agama islam universitas islam negeri maliki malang. Mungkin tak banyak orang yang mengenal sosoknya, bukan karena dia pandai bergaul,  Hal itu tak menyebabkan laki-laki yang biasa di panggil oleh teman-teman dekatnya dengan sebutan “tower” (plesetan dari rikky) ini banyak memiliki teman. rikky bukan merupakan seorang yang aktif dalam organisasi yang ada di kampus karena jarak dari kos ke kampus lumayan jauh dan minimnya transportasi membuat dia enggan menyibukkan diri dengan acara kampus.
rikky lahir di mojokerto 28 januari hampir 21 tahun silam. rikky anak bungsu dari tiga bersaudara sangat menyukai coklat, dari kecil hampir setiap hari dia mengkonsumsi coklat. Pencinta warna biru ini pun sangat menyukai makanan pedas, sekalipun sudah dapat larangan keras dari dokter tak membuatnya berhenti untuk tidak memakannya lagi. Semasa SMA rikky pernah mengikuti latihan karate sampai sabuk biru, karena jadwal yang padat dia tak melajutkan latihan karate lagi padahal karate adalah salah satu hobby nya. Selain karate, rikky juga hobby olahraga. rikky suka membaca komik dan dia bercita-cita suatu saat dapat seperti ayahnya yang berprofesi sebagai pegawai di perusahaan kereta api.
Dari kecil rikky bercita-cita ingin menjadi seperti ayahnya, hanya saja dia tak dapat meraih mimpinya tersebut karena dia kuliah. Sebagai anak terakhir dia sangat sadar bahwa dia akan menjadi panutan karena dia kuliah jurusan agama, maka dia berusaha keras untuk dapat membahagiakan keluarganya kelak dengan prestasi yang dia miliki. rikky punya semangat tinggi dalam meraih apa yang dia inginkan. alasan mengikuti perkuliahan jurnalistik adalah Mendorong pengembangan daya imajinasi dan intuisi, Jurnalistik dapat  menubuhkembangkan daya kritis dan kepekaan sosial, Menumbuhkembangkan kejujuran, Mendorong saya untuk membaca


PENTINGNYA MATA KULIAH JURNALISTIK DI FAKULTAS TARBIYAH

Jurnalistik, memang bukan mata pelajaran atau mata kuliah yang istimewa. Tetapi, tidak jarang dengan kemampuannya melakukan aktifitas jurnalistik, orang kemudian menjadi “istimewa” di depan publik. Sebab, memiliki ke-ahlian jurnalistik (menulis-red)  baik menulis opini, essay, kolom, cerpen, novel dan sejenisnya, setiap orang akan dapat menembus lintas batas, yang belum tentu semua orang dapat menembusnya. Dengan kata lain, siap menjalankan naluri jurnalistik, berari siap berkawan dengan siapa saja, sejak kelas gembel sampai tingkat presiden sekalipun.
Dalam tulisan ini, paling tidak ada beberapa alasan, kenapa jurnalistik “wajib” masuk  dalam kurikulum sekolah. Antara lain, Pertama, Mendorong pengembangan daya imajinasi dan intuisi  siswa.  Daya hayal dan naluri batin merupakan salah satu modal penting dalam proses pencerdasan murid, baik dalam konteks akademis atau non akademis. Ada kecenderungan, siswa yang memiliki daya hayal dan intuisi yang “lebih”,  biasanya mempunyai “pengetahuan lain” diluar mata pelajaran di sekolah. Sehingga, secara sosial siswa yang demikian, lebih punya peluang untuk “menggauli” semua kalangan, ketimbang siswa yang hanya menjadi ”anak kampus tulen”. Keingintahuannya terhadap sesuatu biasanya diatas rata-rata, dibanding dengan siswa lainnya. Kuatnya keingintahuan inilah yang  kemudian mendorong siswa tersebut untuk terus mencari dan menggali segala sesuatu yang mungkin diluar pelajaran sekolah.
Kedua, Jurnalistik dapat  menubuhkembangkan daya kritis dan kepekaan sosial. Secara teori, memang tidak ada bab khusus yang membahas tentang daya kritis dalam konteks kejurnalistikan. Tetapi, biasanya seseorang yang sudah “nyandu” dengan aktifitas jurnalistik (kewartawanan), mempunyai kepekaan dan daya kritis yang lebih dari yang lain. Sehingga tidak jarang, jika di beberapa sekolah, siswa yang mengelola majalah dinding (mading) lebih “pintar” dari yang sama sekali tidak bersentuhan dengan organisasi. Kenapa?  Karena ada tuntutan mencari informasi yang terbaru, sehingga tidak akan selalu puas dengan apa yang telah diperoleh hari itu.
Ekses lain yang bakal muncul adalah, jika ada kebijakan sekolah yang tidak populis, seperti kenaikan SPP yang tidak rasional, mereka (siswa pengelola mading) tidak akan segan-segan menulis atau membuat karikatur sebagai sindiran kepada pihak sekolah. Satu hal ini, yang sepertinya akan sulit diterima pihak sekolah. Sebab, tradisi di negeri ini, guru selalu benar, dan murid selalu salah. Namun sebagai bentuk pendidikan moralitas demokrasi di setiap sekolah, logika seperti itu seharusnya sudah dibuang ke tong sampah, untuk kemudian membudayakan tradisi kritik antara murid dan guru.
Ketiga, Menumbuhkembangkan kejujuran. Naluri jurnalistik diakui atau tidak dapat mendorong terbentuknya “kata hati” yang jernih. Atau kalau meminjam istilah Aa Gym manajemen qolbu. Siswa yang telah “menggeluti” dunia jurnalistik, acapkali “tampil beda” di tengah kawan sebayanya. Bukan karena ingin dipuji, tetapi itulah gerak hati yang tengah diikutinya. Termasuk, jika suatu ketika terjadi aksi protes di sekolah. Sama sekali bukan karena dibayar oleh guru atu pihak lain, namun berdasar pada fakta, adanya kebijakan yang salah di sekolah tersebut. Minimal, jika tidak ada pembelaan  secara kolektif, siswa tersebut akan menuliskan tentang realitas yang dilihat dan dirasakannya. Baik melalui puisi, koolom atau tulisan apa saja, sebagai bentuk protes terhadap keadaan yang menurutnya tidak tepat.
Keempat, Mendorong siswa untuk membaca. Membaca akan bertambah wawasan. Ini hukum sebab akibat. Karena membaca orang akan bertambah wawasan. Tidak membaca, orang akan berkuranbg wawasannya. Begitulah jurnalistik. Keinginan kuat untuk melakukan aktifitas jurnalistik (menulis-red), mau tidak mau seorang siswa akan terdorong untuk membaca. Kenapa? Karena ia harus menulis dengan data yang benar dan mengolah sumber informasi lainnya. Dengan sendirinya, selama proses kejurnalistikan dilakukan, maka sepanjang itu siswa tersebut akan terus membaca dan bertambah wawasannya. Seorang guru mana yang tidak ingin siswanya mempunyai kecerdasan “lebih” dari siswa sekolah lainnya? 

Sejarah Pers, Pengertian Pers, Pengertian Jurnalistik, Fungsi Pers, dan Peranan Pers di Indonesia

Pengertian Pers – Kata pers adalah istilah kata yang tidak asing lagi di telinga kita. Seperti halnya yang sering kita dengar yaitu Jumpa pers artis, jumpa pers mabes polri dan lain sebagainya. Banyak orang berasumsi pers identik dengan seorang wartawan, namun sebenarnya bukan itu saja, melainkan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh media termasuk didalamnya adalah wartawan. Lalu bagaimana pengertian pers yang sebanarnya, atau pengertian pers menurut para ahli dan bagaimana sejarah pers hingga sampai saat ini, serta fungsi dan peranan pers khususnya di indonesia?. OK.. untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, silakan simak baik-baik artikel yang duniabaca.com rangkum dari berbagai sumber mengenai sejarah pers, pengertian pers, fungsi dan peranan pers di indonesia.
Pengertian Pers
Istilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publication).

Pengertian Jurnalistik
Pengertian istilah jurnalistik dapat ditinjau dari tiga sudut pandang: harfiyah, konseptual, dan praktis.
1.      Secara harfiyah, jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day). Asal-muasalnya dari bahasa Yunani kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak.
2.      Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang: sebagai proses, teknik, dan ilmu.
a)      Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis).
b)      Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” (expertise) atau “keterampilan” (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.
c)      Sebagai ilmu, jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa.

Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan.
Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak. Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dsb., namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism).
Jurnalistik atau jurnalisme, menurut Luwi Ishwara (2005), mempunyai ciri-ciri yang penting untuk kita perhatikan.
a. Skeptis
Skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis adalah keraguan. Media janganlah puas dengan permukaan sebuah peristiwa serta enggan untuk mengingatkan kekurangan yang ada di dalam masyarakat. Wartawan haruslah terjun ke lapangan, berjuang, serta menggali hal-hal yang eksklusif
b. Bertindak (action)
Wartawan tidak menunggu sampai peristiwa itu muncul, tetapi ia akan mencari dan mengamati dengan ketajaman naluri seorang wartawan
c. Berubah
Perubahan merupakan hukum utama jurnalisme. Media bukan lagi sebagai penyalur informasi, tapi fasilitator, penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi
d. Seni dan Profesi
Wartawan melihat dengan mata yang segar pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik.
e. Peran Pers
sebagai pelapor, bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. Selain itu, pers juga harus berperan sebagai interpreter, wakil publik, peran jaga, dan pembuat kebijaksanaan serta advokasi.
.
Secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan  informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa. Dari pengertian kedua ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik: informasi, penyusunan informasi, penyebarluasan informasi, dan media massa.

Berita
Ketika membahas mengenai jurnalistik, pikiran kita tentu akan langsung tertuju pada kata “berita” atau “news”. Lalu apa itu berita? Berita (news) berdasarkan batasan dari Kris Budiman adalah laporan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang terbaru (aktual); laporan mengenai fakta-fakta yang aktual, menarik perhatian, dinilai penting, atau luar biasa. “News” sendiri mengandung pengertian yang penting, yaitu dari kata “new” yang artinya adalah “baru”. Jadi, berita harus mempunyai nilai kebaruan atau selalu mengedepankan aktualitas. Dari kata “news” sendiri, kita bisa menjabarkannya dengan “north”, “east”, “west”, dan “south”. Bahwa si pencari berita dalam mendapatkan informasi harus dari keempat sumber arah mata angin tersebut.
Selanjutnya berdasarkan jenisnya, Kris Budiman membedakannya menjadi “straight news” yang berisi laporan peristiwa politik, ekonomi, masalah sosial, dan kriminalitas, sering disebut sebagai berita keras (hard news). Sementara “straight news” tentang hal-hal semisal olahraga, kesenian, hiburan, hobi, elektronika, dsb., dikategorikan sebagai berita ringan atau lunak (soft news). Di samping itu, dikenal juga jenis berita yang dinamakan “feature” atau berita kisah. Jenis ini lebih bersifat naratif, berkisah mengenai aspek-aspek insani (human interest). Sebuah “feature” tidak terlalu terikat pada nilai-nilai berita dan faktualitas. Ada lagi yang dinamakan berita investigatif (investigative news), berupa hasil penyelidikan seorang atau satu tim wartawan secara lengkap dan mendalam dalam pelaporannya.

Nilai Berita
Sebuah berita jika disajikan haruslah memuat nilai berita di dalamnya. Nilai berita itu mencakup beberapa hal, seperti berikut.
1.       Objektif: berdasarkan fakta, tidak memihak.
2.       Aktual: terbaru, belum “basi”.
3.       Luar biasa: besar, aneh, janggal, tidak umum.
4.       Penting: pengaruh atau dampaknya bagi orang banyak; menyangkut orang penting/terkenal.
5.       Jarak: familiaritas, kedekatan (geografis, kultural, psikologis).
Lima nilai berita di atas menurut Kris Budiman sudah dianggap cukup dalam menyusun berita. Namun, Masri Sareb Putra dalam bukunya “Teknik Menulis Berita dan Feature”, malah memberikan dua belas nilai berita dalam menulis berita (2006: 33). Dua belas hal tersebut di antaranya adalah:
1.       sesuatu yang unik,
2.       sesuatu yang luar biasa,
3.       sesuatu yang langka,
4.       sesuatu yang dialami/dilakukan/menimpa orang (tokoh) penting,
5.       menyangkut keinginan publik,
6.       yang tersembunyi,
7.       sesuatu yang sulit untuk dimasuki,
8.       sesuatu yang belum banyak/umum diketahui,
9.       pemikiran dari tokoh penting,
10.   komentar/ucapan dari tokoh penting,
11.   kelakuan/kehidupan tokoh penting, dan
12.   hal lain yang luar biasa.
Dalam kenyataannya, tidak semua nilai itu akan kita pakai dalam sebuah penulisan berita. Hal terpenting adalah adanya aktualitas dan pengedepanan objektivitas yang terlihat dalam isi tersebut.


Anatomi Berita dan Unsur-Unsur
Seperti tubuh kita, berita juga mempunyai bagian-bagian, di antaranya adalah sebagai berikut.
1.       Judul atau kepala berita (headline).
2.       Baris tanggal (dateline).
3.       Teras berita (lead atau intro).
4.       Tubuh berita (body).
Bagian-bagian di atas tersusun secara terpadu dalam sebuah berita. Susunan yang paling sering didengar ialah susunan piramida terbalik. Metode ini lebih menonjolkan inti berita saja. Atau dengan kata lain, lebih menekankan hal-hal yang umum dahulu baru ke hal yang khusus. Tujuannya adalah untuk memudahkan atau mempercepat pembaca dalam mengetahui apa yang diberitakan; juga untuk memudahkan para redaktur memotong bagian tidak/kurang penting yang terletak di bagian paling bawah dari tubuh berita (Budiman 2005) . Dengan selalu mengedepankan unsur-unsur yang berupa fakta di tiap bagiannya, terutama pada tubuh berita. Dengan senantiasa meminimalkan aspek nonfaktual yang pada kecenderuangan akan menjadi sebuah opini.
Untuk itu, sebuah berita harus memuat “fakta” yang di dalamnya terkandung unsur-unsur 5W + 1H. Hal ini senada dengan apa yang dimaksudkan oleh Lasswell, salah seorang pakar komunikasi (Masri Sareb 2006: 38).
  • Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
  • What – apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
  • Where – di mana terjadinya peristiwa itu?
  • Why – mengapa peristiwa itu terjadi?
  • When – kapan terjadinya?
  • How – bagaimana terjadinya?
Tidak hanya sebatas berita, bentuk jurnalistik lain, khususnya dalam media cetak, adalah berupa opini. Bentuk opini ini dapat berupa tajuk rencana (editorial), artikel opini atau kolom (column), pojok dan surat pembaca.
Sumber Berita
Hal penting lain yang dibutuhkan dalam sebuah proses jurnalistik adalah pada sumber berita. Ada beberapa petunjuk yang dapat membantu pengumpulan informasi, sebagaimana diungkapkan oleh Eugene J. Webb dan Jerry R. Salancik (Luwi Iswara 2005: 67) berikut ini.
  • Observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita.
  • Proses wawancara.
  • Pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik.
  • Partisipasi dalam peristiwa.
Kiranya tulisan singkat tentang dasar-dasar jurnalistik di atas akan lebih membantu kita saat mengerjakan proses kreatif kita dalam penulisan jurnalistik.

Sumber bacaan:
Budiman, Kris. 2005. “Dasar-Dasar Jurnalistik: Makalah yang disampaikan dalam Pelatihan Jurnalistik — Info Jawa 12-15 Desember 2005. Dalam www.infojawa.org.
Ishwara, Luwi. 2005. “Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar”. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Putra, R. Masri Sareb. 2006. “Teknik Menulis Berita dan Feature”. Jakarta: Indeks
Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Dalam pengertian luas, pers mencakup semua media komunikasi massa, seperti radio, televisi, dan film yang berfungsi memancarkan/ menyebarkan informasi, berita, gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain. Maka dikenal adanya istilah jurnalistik radio, jurnalistik televisi, jurnalistik pers. Dalam pengertian sempit, pers hanya digolongkan produk-produk penerbitan yang melewati proses percetakan, seperti surat kabar harian, majalah mingguan, majalah tengah bulanan dan sebagainya yang dikenal sebagai media cetak.
Pers mempunyai dua sisi kedudukan, yaitu: pertama ia merupakan medium komunikasi yang tertua di dunia, dan kedua, pers sebagai lembaga masyarakat atau institusi sosial merupakan bagian integral dari masyarakat, dan bukan merupakan unsur yang asing dan terpisah daripadanya. Dan sebagai lembaga masyarakat ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga- lembaga masyarakat lainnya.
Pers adalah kegiatan yang berhubungan dengan media dan masyarkat luas. Kegiatan tersebut mengacu pada kegiatan jurnalistik yang sifatnya mencari, menggali, mengumpulkan, mengolah materi, dan menerbitkanya berdasarkan sumber-sumber yang terpercaya dan valid.

Pengertian Pers Menurut Para Ahli
  • Wilbur Schramm, dkk dalam bukunya “Four Theories of the Press” mengemukakan 4 teori terbesar dari pers, yaitu the authoritarian, the libertarian, the social responsibility, dan the soviet communist theory. Keempat teori tersebut mengacu pada satu pengertian pers sebagai pengamat, guru dan forum yang menyampaikan pandangannya tentang banyak hal yang mengemuka di tengah-tengah masyarakat.
  • Sementara Mc. Luhan menuliskan dalam bukunya Understanding Media terbitan tahun 1996 mengenai pers sebagai the extended of man, yaitu yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lain dan peristiwa satu dengan peristiwa lain pada momen yang bersamaan.
  • Menurut Bapak Pers Nasional, Raden Mas Djokomono, Pers adalah yang membentuk pendapat umum melalui tulisan dalam surat kabar. Pendapatnya ini yang membakar semangat para pejuang dalam memperjuangkan hak-hak bangsa indonesia pada masa penjajahan belanda.<.li>
Sejarah Pers di Indonesia
Sejarah Pers Kolonial
Pers Kolonial adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Belanda di Indonesia pada masa kolonial/penjajahan. Pers kolonial meliputi surat kabar, majalah, dan koran berbahasa Belanda, daerah atau Indonesia yang bertujuan membela kepentingan kaum kolonialis Belanda.
Sejarah Pers China
Pers Cina adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Cina di Indonesia. Pers Cina meliputi koran-koran, majalah dalam bahasa Cina, Indonesia atau Belanda yang diterbitkan oleh golongan penduduk keturunan Cina.
Sejarah Pers Nasional
Pers Nasional adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Indonesia terutama orang-orang pergerakan dan diperuntukkan bagi orang Indonesia. Pers ini bertujuan memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia di masa penjajahan. Tirtohadisorejo atau Raden Djokomono, pendiri surat kabar mingguan Medan Priyayi yang sejak 1910 berkembang menjadi harian, dianggap sebagai tokoh pemrakarsa pers Nasional
Perkembangan Pers Nasional
Pers pada masa Penjajahan Belanda dan Jepang
1. Zaman Belanda
Pada tahun 1828 di Jakarta diterbitkan Javasche Courant yang isinya memuat berita- berita resmi pemerintahan, berita lelang dan berita kutipan dari harian-harian di Eropa. Sedangkan di Surabaya Soerabajash Advertentiebland terbit pada tahun 1835 yang kemudian namanya diganti menjadi Soerabajash Niews en Advertentiebland.
Di semarang terbit Semarangsche Advertentiebland dan Semarangsche Courant. Di Padang surat kabar yang terbit adalah Soematra courant, Padang Handeslsbland dan Bentara Melajoe. Di Makassar (Ujung Pandang) terbit Celebe Courant dan Makassaarch Handelsbland. Surat- surat kabar yang terbit pada masa ini tidak mempunyai arti secara politis, karena lebih merupakan surat kabar periklanan. Tirasnya tidak lebih dari 1000-1200 eksemplar setiap kali terbit. Semua penerbit terkena peraturan, setiap penerbitan tidak boleh diedarkan sebelum diperiksa oleh penguasa setempat.
Pada tahun 1885 di seluruh daerah yang dikuasai Belanda terdapat 16 surat kabar berbahasa Belanda, dan 12 surat kabar berbahasa melayu diantaranya adalah Bintang Barat, Hindia-Nederland, Dinihari, Bintang Djohar, Selompret Melayudan Tjahaja Moelia, Pemberitaan Bahroe (Surabaya) dan Surat kabar berbahasa jawa Bromartani yang terbit di Solo
2. Zaman Jepang
Ketika Jepang datang ke Indonesia, surat kabar-surat kabar yang ada di Indonesia diambil alih pelan-pelan. Beberapa surat kabar disatukan dengan alasan menghemat alat- alat tenaga. Tujuan sebenarnya adalah agar pemerintah Jepang dapat memperketat pengawasan terhadap isi surat kabar. Kantor berita Antara pun diambil alih dan diteruskan oleh kantor berita Yashima dan selanjutnya berada dibawah pusat pemberitaan Jepang, yakni Domei.
Wartawan-wartawan Indonesia pada saat itu hanya bekerja sebagai pegawai, sedangkan yang diberi pengaruh serta kedudukan adalah wartawan yang sengaja didatangkan dari Jepang. Pada masa itu surat kabar hanya bersifat propaganda dan memuji-muji pemerintah dan tentara Jepang.

Fungsi dan Peranan Pers di Indonesia
Fungsi dan peranan pers Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, fungi pers ialah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial . Sementara Pasal 6 UU Pers menegaskan bahwa pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut: memenuhi hak masyarakat untuk mengetahuimenegakkkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaanmengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benarmelakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umummemperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Berdasarkan fungsi dan peranan pers yang demikian, lembaga pers sering disebut sebagai pilar keempat demokrasi( the fourth estate) setelah lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif , serta pembentuk opini publik yang paling potensial dan efektif. Fungsi peranan pers itu baru dapat dijalankan secra optimal apabila terdapat jaminan kebebasan pers dari pemerintah. Menurut tokoh pers, jakob oetama , kebebsan pers menjadi syarat mutlak agar pers secara optimal dapat melakukan pernannya. Sulit dibayangkan bagaiman peranan pers tersebut dapat dijalankan apabila tidak ada jaminan terhadap kebebasan pers. Pemerintah orde baru di Indonesia sebagai rezim pemerintahn yang sangat membatasi kebebasan pers . ha l ini terlihat, dengan keluarnya Peraturna Menteri Penerangan No. 1 tahun 1984 tentang Surat Izn Usaha penerbitan Pers (SIUPP), yang dalam praktiknya ternyata menjadi senjata ampuh untuk mengontrol isi redaksional pers dan pembredelan.
Albert Camus, novelis terkenal dari Perancis pernah mengatakan bahwa pers bebas dapat baik dan dapat buruk, namun tanpa pers bebas yang ada hanya celaka. Oleh karena salah satu fungsinya ialah melakukan kontrol sosial itulah, pers melakukan kritik dan koreksi terhadap segal sesuatu yang menrutnya tidak beres dalam segala persoalan. Karena itu, ada anggapan bahwa pers lebih suka memberitakan hah-hal yang slah daripada yang benar. Pandangan seperti itu sesungguhnya melihat peran dan fungsi pers tidak secara komprehensif, melainkan parsial dan ketinggalan jaman.Karena kenyataannya, pers sekarang juga memberitakan keberhasilan seseorang, lembaga pemerintahan atau perusahaan yang meraih kesuksesan serta perjuangan mereka untuk tetap hidup di tengah berbagai kesulitan.

Kesantunan Tuturan Guru sebagai Pendidik Karakter dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini*

Oleh: Dina Mardiana
Interaksi antara guru dan peserta didik pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah interaksi kompleks dan menarik. Seiring dengan interaksi fisik, terjadi interaksi verbal, budaya, dan kepribadian. Kasus yang terjadi pada PAUD Karakter Pelangi Nusantara kota Semarang (tempat penulis pernah melakukan penelitian) saat seorang peserta didik berperilaku menyimpang melakukan kenakalan terhadap temannya, guru menanggapi dengan tuturan yang santun, misalnya dengan menuturkan “Astagfirullah, boleh nggak ya?” atau “Mas Daru sayangi teman”. Dengan kesantunan berbahasa, secara tidak langsung guru mengajak peserta didik berdiskusi tentang hal mana yang baik dengan meminta pendapat peserta didik tersebut. Selain itu, guru juga tidak bertindak tutur kurang santun dengan mengatakannya “Nakal” seperti yang dilakukan guru pada umumnya.
Selaras dengan deskripsi dan ilustrasi dalam penggalan percakapan tersebut merupakan data empirik yang terjadi di sebuah sekolah berbasis karakter di kota Semarang, yaitu PAUD Karekter Pelangi Nusantara. Beraneka situasi tuturan yang terjadi menggambarkan bahwa fungsi tuturan seorang guru kepada peserta didik sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter peserta didik, dalam hal ini pembentukan karakter harus dikembangkan sejak usia dini.
Seiring dengan tingginya tuntutan hidup dewasa ini, sebagai orang tua seorang ibu juga merasa memiliki tanggung jawab untuk membantu mencukupi kebutuhan keuangan keluarganya. Hal tersebut membuat sebagian besar ibu rumah tangga memutuskan untuk bekerja. Tak dapat dihindari, kondisi ini membuat orang tua (terutama ibu) harus memilih untuk tidak menunggu anaknya di sekolah seperti yang lazim dilakukan oleh para ibu di masa dulu dan memercayakan untuk menitipkan buah hati mereka dengan pihak sekolah (guru).
Berkenaan dengan fenomena tersebut ditemukan beberapa kasus yang terjadi pada beberapa sekolah, misalnya saat anak diantar ke sekolah dan tidak mau ditinggal pergi oleh orang tuanya. Guru berusaha menenangkan anak dengan kata-kata yang santun dan lembut, penuh pujian dan penghargaan, sehingga si anak mulai mereda tangisnya dan mau ditinggal pergi oleh orang tuanya, bahkan si anak bersedia berpamitan kepada orang tuanya dengan bersalaman mencium tangan, memberikan kecupan di kedua pipi dan berpelukan, serta mengucapkan salam dan melambaikan tangan.
Namun, bagaimana seandainya saja guru melakukan hal yang bertentangan dengan kondisi saat si anak tersebut menangis, misalnya dengan merebut paksa anak dari pelukan orang tuanya dan langsung membawa pergi ke dalam kelas? Bisa saja peristiwa indah berpamitan antara anak dan orang tuanya tidak akan terjadi, bahkan dapat berpengaruh buruk terhadap kejiwaan seorang anak, perkembangan karakternya dapat terbentuk negatif karena kesan kasar dan kurang santun dari guru tersebut.
Kesantunan berbahasa guru diduga dapat meredam situasi yang kurang nyaman saat terjadi permasalahan yang berarti pada peserta didiknya. Dengan menuturkan bahasa yang santun diduga dapat meredam amarah dan rasa kecewa guru pada peserta didik, dan dapat membuat situasi tetap terkendali. Bahasa guru yang diucapkan secara langsung tanpa menggunakan prinsip kesantunan dapat membuat peserta didik merasa rendah diri dan  merasa dipermalukan di depan teman-temannya. Kata-kata yang negatif, seperti cemoohan dan amarah dapat membuat peserta didik tidak percaya diri. Rasa tidak percaya diri ini dapat terbawa hingga kelak peserta didik itu dewasa, dan mungkin kelak peserta didik tersebut berkembang menjadi pribadi yang tidak menyenangkan bagi diri dan lingkungannya.
Harapan para orang tua sangat besar terhadap guru saat memercayakan pendidikan anaknya di sebuah lembaga pendidikan guna pembentukan karakter yang baik bagi anak mereka, karena anak merupakan amanat Tuhan yang kelangsungan hidupnya (dalam hal kebaikan) adalah pengharapan hidup orang tua. Seperti hadits Rasul yang dikutip Al-Qarni (2008) ”Orang muslim adalah orang yang jika orang lainnya tidak merasa terganggu oleh lisan dan tangannya. Kata lisan tersebut bermakna bahwa Rasul sangat memperhatikan setiap tuturan yang diucapkan, bagaimana kesantunan bahasa kita dipelihara saat berbicara agar tidak menyakiti sesama.
Kelembutan tutur kata, senyuman manis dan tulus, sapaan-sapaan hangat yang terpuji saat bertutur merupakan hiasan-hiasan yang selalu dikenakan oleh orang-orang mulia. Guru merupakan salah satu bagian dari orang-orang yang mulia tersebut. Oleh karena itu, guru hendaknya selalu menjaga ucapannya agar senantiasa bertutur santun dan mampu memilih bahasa yang santun kepada peserta didiknya, walaupun saat dihadapkan pada perilaku peserta didik yang kurang baik.
Yang menjadi pertanyaan kita: “apakah dapat dibenarkan bila sekolah-sekolah untuk anak usia dini saat ini masih belum menerapkan hal-hal tersebut?” Banyak kita jumpai kecenderungan sekolah-sekolah untuk anak usia dini di Palangkaraya lebih menekankan kepada “prestise adu intelektual” dan mungkin juga dengan predikat sekolah favorit tetapi mengesampingkan kualitas pendidikan karakter peserta didiknya. Sebagai ilustrasi misalnya, tidak ada sambutan kedatangan saat peserta didik tiba di sekolah, seperti ucapan salam keagaamaan misalnya, guru lebih bersikap acuh tak acuh terhadap peserta didik.
Apakah seorang guru merasa rendah dan jatuh harga dirinya untuk sekadar menanti kedatangan peserta didik di pintu gerbang sekolah dengan mengucapkan “Selamat datang, selamat pagi! Wah, cantik/cakepnya anak bu guru, senyumnya mana ya?”. Kalimat sederhana yang mungkin terkesan berlebihan, tetapi tuturan yang diujarkan guru ini merupakan pemberi semangat dan rasa percaya diri terhadap peserta didik saat tiba di sekolah dan selama menjalani pembelajaran.
Padahal, menurut Megawangi (2004) pembentukan karakter anak sangat bergantung pada bagaimana menghirup “udara moral” di sekelilingnya. Seorang anak akan berada di kelas separuh hari atau bahkan ada yang sepanjang hari, yang pada situasi ini apabila gurunya dapat memberikan udara yang penuh dengan kasih sayang, kebaikan, kebajikan, dan penghormatan, maka karakter anak akan baik. Selaras dengan hal tersebut, Lickona (1991) dalam Megawangi (2004), menengarai kalau seorang guru sebagai pendidik karakter dalam mendidik karakter anak didiknya harus melakukan beberapa hal seperti (1) memperlakukan anak didiknya dengan penuh kasih sayang, adil dan hormat, (2) memberikan perhatian khusus secara individual terhadap permasalahan setiap anak didiknya dengan memberikan dorongan atau pujian yang mempunyai sentuhan personal, (3) pendidik harus menjadi panutan moral bagi peserta didiknya, dan selalu memperbaiki citra dirinya, dan (4) mampu mengoreksi perilaku murid-muridnya yang salah.
Sebagai renungan kita, Shihab dalam bukunya Lentera Hati mengungkapkan bahwa seorang anak, berapa pun usianya, adalah seorang manusia yang memiliki jiwa,  perasaan dan kpribadian (karakter). Oleh karena itu, betapa pentingnya pendidikan karakter diberikan kepada anak. Lebih lanjut Shihab mengemukakan sebuah kutipan peristiwa di masa Rasulullah Saw., pada waktu itu Ummu Fadhil bercerita: “Suatu ketika aku menimang seorang bayi. Rasul kemudian mengambil bayi itu dan menggendongnya. Tiba-tiba sang bayi pipis dan membasahi pakaian Rasul. Segera saja kurenggut secara kasar bayi itu dari gendongan Rasul. Rasul pun menegurku: “Pakaian yang basah ini dapat dibersihkan oleh air, tetapi apa yang dapat menghilangkan kekeruhan dalam jiwa sang anak akibat dari renggutanmu yang kasar itu?”.
Dari kutipan tersebut dapat kita ketahui bahwa fondasi membangun kesantunan pada karakter seorang anak sudah harus dilakukan sejak sang anak masih bayi. Anak tersebut akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila ia dapat tumbuh dalam lingkungan yang penuh kelemahlembutan dan  kesantunan. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, oleh karena itu diperlukan usaha yang menyeluruh agar anak dapat berkembang dengan optimal sesuai dengan fitrahnya, dengan  karakter yang suci. Keluarga, sekolah, dan seluruh komponen masyarakat adalah pihak yang bertanggung jawab dalam usaha secara komprehensif terhadap perkembangan karakter anak.
Menurut Megawangi (2004) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk pada seseorang merupakan salah satu indikator dari kesepeluh tanda-tanda sebuah negara menuju jurang kehancuran, dan gejala itu sudah ada di Indonesia. Seperti perubahan bahasa ke arah penggunaan kata-kata kasar dan buruk di kalangan remaja, terbiasanya menggunakan bahasa “prokem” dan bahasa-bahasa kasar adalah bukti telah terjadi pergeseran sosial yang memburuk. Bukan hal seperti ini yang diharapkan akan terjadi pada anak-anak usia dini yang kelak menjadi harapan kemajuan dan peradaban yang baik suatu bangsa.
Memang, pembentukan karakter generasi penerus bangsa bukanlah pekerjaan yang mudah. Pribadi yang holistik dan komprehensif, sangat dibutuhkan di masa globalisasi sekarang dan mendatang. Oleh karena itu, mempersiapkan generasi penerus yang berkarakter harus dimulai sejak anak di usia dini.
Pihak sekolah (setelah keluarga) merupakan faktor yang paling berperan dalam membantu membentuk perkembangan karakter anak, karena kematangan emosi-sosial sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekolah. Daniel Goelman menyimpulkan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam mendidik anak-anaknya, namun kegagalan pendidikan (karakter) dapat terkoreksi di sekolah yang menerapkan pendidikan karakter kepada anak-anak, terutama anak usia dini.
Masa kanak-kanak banyak dihabiskan di sekolah, apa yang terekam di memori sang anak adalah pengalaman-pengalaman yang diperolehnya di sekolah, yang akhirnya akan memengaruhi pada pembentukan karakternya. Guru adalah tokoh yang paling banyak menghabiskan waktu bersama peserta didiknya, karena itu guru selalu menjadi teladan dan refleksi bagi peserta didik.
Menjadikan guru sebagai pendidik karakter tentunya tidak cukup hanya membekali mereka dengan teori dan seperangkat kurikulum saja, namun juga bagaimana menanamkan pada seorang guru tentang kesantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa seorang guru dalam proses interaksi belajar mengajar tentunya mempunyai pengaruh terhadap perkembangan karakter peserta didiknya. Kecenderungan yang terjadi adalah guru sering mempermalukan anak di depan kelas, memarahi atau bahkan menghukumnya. Kita semua tentunya pernah melihat atau mempunyai pengalaman tentang sikap guru yang seperti itu. Sekali seorang peserta didik dipermalukan, ia akan takut dan gemetar ketika harus menjawab pertanyaan gurunya, sehingga ia menjadi tidak percaya diri untuk mengungkapkan pendapatnya di depan kelas. Hal inilah yang mungkin menyebabkan mengapa kebanyakan anak Indonesia sering malu untuk mengungkapkan pikirannya di muka umum, dan lebih cenderung menjadi anak yang tidak percaya diri.
Kesadaran pentingnya berbahasa yang santun terhadap peserta didik, khususnya pada peserta didik usia dini akan menentukan bagi perkembangan karakter atau kepribadian anak tersebut untuk masa yang akan datang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat para ahli yang menyatakan bahwa pada masa kanak-kanak adalah masa pertumbuhan fisik dan perkembangan mental yang pesat, dan merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang, sehingga masa ini disebut sebagai masa keemasan (the golden age). Jadi jelas, bahwa masa usia dini (usia 0 – 8 tahun) adalah masa pembentukan karakter melalui pendidikan karakter, bukan masa di mana seorang anak dibentuk dengan “paksa” kemampuan intelektualnya.
Bahasa sebagai alat komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan sekolah. Di dalam interaksi belajar mengajar terjadi pertuturan, baik antara guru dengan siswa, maupun antar sesama siswa. Guru sebagai pribadi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan siswa haruslah dapat menjadi teladan dalam keseharian. Dalam teladannyalah guru dapat membentuk pribadi peserta didik. Oleh karena itu, adalah penting bagi setiap guru untuk mendapatkan pendidikan tentang kesantunan berbahasa hingga menguasai kesantunan berbahasa berdasarkan teori yang logis dan ilmiah, bukan tuturan yang diujarkan tanpa konsep teori yang jelas.
Walaupun tugas guru yang salah satunya sebagai pendidik karakter hanyalah kecil, tetapi kalau seorang guru mempunyai ide yang baik dan niat baik yang tulus dalam menebarkan kebajikan, dan tentu mau menebarkan kebajikan itu kepada anak didiknya, maka bisa saja mereka (peserta didik) akan menjadi orang yang mempunyai magnet yang kuat untuk menarik orang-orang yang baik juga dan bersama-sama membuat kebajikan. Kesantunan tuturan guru adalah kata kunci dalam membentuk karakter anak didik terutama peserta didik yang berusia dini, sehingga dapat membentuk sebuah pola yang baru, yang mencirikan bangsa Indonesia yang berbeda wajahnya dari sekarang, sebuah masyarakat madani yang menjadi idaman seluruh bangsa di dunia.

Cinta Seorang Ibu (by: Dipankara)

Cinta yang sulit ditandingi adalah cinta seorang ibu kepada anaknya yang tunggal. Kalau seseorang mencintai seseorang, jika orang yang mencintai itu pergi, orang lain bisa menggantikannya. Tetapi, cinta orangtua kepada anaknya, tidak bisa digantikan. Apalagi cinta seorang ibu. Siapa yang bisa menggantikan cinta seorang ibu kepada anaknya? Tidak ada!  
Semua agama menempatkan kedudukan orangtua pada tempat yang amat terhormat. Hal ini sungguh pada tempatnya, karena tidak seorang pun yang nuraninya bisa mengingkari pengorbanan dan jasa tanpa batas orangtua mereka. selama sembilan bulan lebih ibu menjaga dan memberikan darahnya sendiri demi putra yang dikandung. Pada saat melahirkan, betapa seorang ibu amat menderita. Ia tidak mempedulikan hidupnya sendiri. Harapan satu-satunya hanyalah, “Semoga anakku lahir dengan selamat.”
Bagi ibu dan ayah, lahirnya seorang putra, lebih-lebih putra pertama adalah kebahagiaan yang luar biasa. Tetapi, kebahagiaan itu sesungguhnya adalah awal suatu pengorbanan dan kebajikan tanpa batas, yang merupakan kewajiban orangtua demi masa depan putra tercinta. Sulit digambarkan, perjuangan orangtua dkehidupan.html”title=”" >alam membesarkan dan mendidik anak-anak mereka. Anak adalah bagian hidup orangtua. Kalau anak sakit, orangtua akan sangat menderita. Sebaliknya, jika anak mereka sehat dan bahagia, orangtua pun turut bahagia. Anak-anak adalah harta yang tidak ternilai harganya. Mereka pembawa kebahagiaan, tetapi juga penyebab kesulitan bagi orangtua.
Sesuatu yang tidak mungkin meleset adalah cinta orangtua kepada anaknya pasti lebih besar bila dibandingkan dengan cinta anak-anak kepada orangtua mereka. Orangtua yang baik selalu berusaha memberikan yang paling baik kepada anak-anaknya.

“Bahaya memangku Laptop”

Sebagai pengguna laptop, Anda pasti tahu bahwa setelah dipakai beberapa saat perangkat itu akan terasa sedikit hangat. Memang jika Anda meletakkan laptop itu di meja, hanya sedikit kehangatan itulah yang akan Anda rasakan. Namun jika Anda memangkunya, hmmm, Anda bisa membahayakan kesehatan Anda.
Benarkah memangku laptop berbahaya???
Bukti pasti tentang itu memang belum ada. Namun pada tahun 2002, sebuah surat ke jurnal kesehatan The Lancet mengisahkan bagaimana seorang ilmuwan Swedia yang berusia 50 tahun telah membuat bagian intim dari tubuhnya terbakar setelah ia menggunakan laptop di pangkuan selama satu jam, tentu saja dengan berpakaian lengkap. Serem ya?
Namun ada yang lebih mengerikan, khususnya bagi kaum adam.
Sebuah riset menunjukkan hubungan kuat antara kenaikan temperatur di (maaf) biji kemaluan dan berkurangnya jumlah sperma. Salah satu studi menemukan bahwa meningkatkan suhu harian rata-rata (maaf) biji kemaluan satu derajat saja telah mengurangi konsentrasi jumlah sperma sampai 40%.
Bagi para lelaki muda, dampak dari laptop yang panas ini bisa jauh lebih lama. Studi yang dilakukan di State University of New York di Stony Brook mengukur suhu daerah intim dari 29 sukarelawan sehat ketika mereka merapatkan pahanya untuk memangku laptop. Setelah satu jam, suhu daerah itu meningkat rata-rata 2,1 derajat Celcius. Ketika eksperimen ini diulangi dengan benar-benar memangku laptop, kenaikan suhu bertambah 0,7 derajat C.
Dr Yefim R Sheynkin (Associate Professor of Urology di Stony Brook) mengatakan bahwa “peningkatan jangka pendek tak-berulang di temperatur (maaf) kantung kemaluan itu bersifat reversibel.” Tetapi ia juga mengingatkan bahwa paparan berulang yang sering tidak akan memberi fungsi (maaf) biji kemaluan kesempatan untuk pulih sepenuhnya, yang bisa menyebabkannya cacat permanen.

Minggu, 18 Desember 2011

Keajaiban Hujan


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين, وصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد :
Keajaiban HujanHujan merupakan salah satu perkara terpenting bagi kehidupan di muka bumi. Ia merupakan sebuah prasyarat bagi kelanjutan aktivitas di suatu tempat. Hujan–yang memiliki peranan penting bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia–disebutkan pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an mengenai informasi penting tentang hujan, kadar dan pengaruh-pengaruhnya.

Informasi ini, yang tidak mungkin diketahui manusia di zamannya, menunjukkan kepada kita bahwa Al-Qur’an merupaka kalam Allah. Sekarang, mari kita kaji informasi-informasi tentang hujan yang termaktub di dalam Al-Qur’an.

Kadar Hujan

Di dalam ayat kesebelas Surat Az-Zukhruf, hujan dinyatakan sebagai air yang diturunkan dalam “ukuran tertentu”. Sebagaimana ayat di bawah ini:

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf : 11)

“Kadar” yang disebutkan dalam ayat ini merupakan salah satu karakteristik hujan. Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detiknya. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Hal ini menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus bersirkulasi dalam sebuah siklus seimbang menurut “ukuran” tertentu.

Pengukuran lain yang berkaitan dengan hujan adalah mengenai kecepatan turunya hujan. Ketinggian minimum awan adalah sekitar 12.000 meter. Ketika turun dari ketinggian ini, sebuah benda yang yang memiliki berat dan ukuran sebesar tetesan hujan akan terus melaju dan jatuh menimpa tanah dengan kecepatan 558km/jam. Tentunya, objek apapun yang jatuh dengan kecepatan tersebut akan mengakibatkan kerusakan. Dan apabila hujan turun dengan cara demikian, maka seluruh lahan tanaman akan hancur, pemukiman, perumahan, kendaraan akan mengalami kerusakan, dan orang-orang pun tidak dapat pergi keluar tanpa mengenakan alat perlindungan ekstra. Terlebih lagi, perhitungan ini dibuat untuk ketinggian 12.000 meter, faktanya terdapat awan yang memiliki ketinggian hanya sekitar 10.000 meter. Sebuah tetesan hujan yang jatuh pada ketinggian ini tentu saja akan jatuh pada kecepatan yang mampu merusak apa saja.

Namun tidak demikian terjadinya, dari ketinggian berapapun hujan itu turun, kecepatan rata-ratanya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika mencapai tanah. Hal ini disebabkan karena bentuk tetesan hujan yang sangat istimewa. Keistimewaan bentuk tetesan hujan ini meningkatkan efek gesekan atmosfer dan mempertahankan kelajuan tetesan-tetesan hujan krtika mencapai “batas” kecepatan tertentu. (Saat ini, parasut dirancang dengan menggunakan teknik ini).

Tak sebatas itu saja “pengukuran” tentang hujan. Contoh lain misalnya, pada lapisan atmosferis tempat terjadinya hujan, temperatur bisa saja turun hingga 400oC di bawah nol. Meskipun demikian, tetesan-tetesan hujan tidak berubah menjadi partikel es. (Hal ini tentunya merupakan ancaman mematikan bagi semua makhluk hidup di muka bumi.) Alasan tidak membekunya tetesan-tetesan hujan tersebut adalah karena air yang terkandung dalam atmosfer merupakan air murni. Sebagaimana kita ketahui, bahwa air murni hampir tidak membeku pada temperatur yang sangat rendah sekalipun.

Pembentukan Hujan

Bagaimana hujan terbentuk tetap menjadi misteri bagi manusia dalam kurun waktu yang lama. Hanya setelah ditemukannya radar cuaca, barulah dapat dipahami tahapan-tahapan pembentukan hujan. Pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahap. Pertama, “bahan mentah” hujan naik ke udara. Kemudian terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul.

Tahapan-tahapan ini secara terperinci telah tertulis dalam Al-Qur’an berabad-abad tahun lalu sebelum informasi mengenai pembentukan hujan disampaikan:

اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ ۖ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ

“Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang di kehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum : 48)

Sekarang, mari kita lihat pada tiga tahapan yang disebutkan dalam Al-Qur’an:

Tahap Pertama : “ Allah, dialah yang mengirimkan angin…..”

Keajaiban Hujan
Gelembung-gelembung udara yang tidak terhitung jumlahnya dibentuk oleh buih-buih di lautan yang secara terus-menerus pecah dan mengakibatkan partikel-partikel air tersembur ke udara menuju ke langit. Partikel-partikel ini –yang kaya akan garam– kemudian terbawa angin dan bergeser ke atas menuju atmosfer. Partikel-partikel ini (disebut aerosol) membentuk awan dengan mengumpulkan uap air (yang naik dari lautan sebagai tetesan-tetesan oleh sebuah proses yang dikenal dengan “JebakanAir”) di sekelilingnya.

Tahap Kedua : “…..lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadi bergumpal-gumpal…..”

Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena tetesan-tetesan air di sini sangat kecil (dengan diameter antara 0,01-0,02 mm), awan mengapung di udara dan menyebar di angkasa. Sehingga langit tertutup oleh awan.

Tahap Ketiga : “….lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun.”

Partikel-partikel air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu mengental dan membentuk tetesan-tetesan hujan. Sehingga, tetesan-tetesan tersebut, yang menjadi lebih berat dari udara, meninggalkan awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Setiap tahap dalam pembentukan hujan disampaikan dalam Al-Qur’an. Terlebih lagi, tahapan-tahapan tersebut dijelaskan dalam runtutan yang benar. Seperti halnya fenomena alam lain di dunia, lagi-lagi Al-Qur’an lah yang memberikan informasi yang paling tepat tentang fenomena ini, selain itu, Al-Qur’an telah memberitahukan fakta-fakta ini kepada manusia berabad-abad sebelum sains sanggup mengungkapnya.

#Sumber
HarunYahya.com