Rabu, 21 Desember 2011

FEATURE LINGKUNGAN

Pernah dengar pepatah tersebut? pasti sering. Pepatah ini bermaksud menjelaskan bahwa kemanapun kita pergi, kita wajib menghormati dan memahami budaya setempat. Termasuk saat berkendara. Namun pepatah ini tampaknya sekarang sudah luntur. Atau lebih parahnya lagi, hanya berlaku sepihak.
Sepihak? ya! Indonesia pada dasarnya memiliki budaya saling menghormati. Itu yang saya pelajari ketika SD. Namun seiring berjalannya waktu, saya kini lebih memahami bahwa untuk sebagian orang di negara ini bukan budaya menghormati yang berkembang, namun budaya gila hormat. Lha?
Pernah tidak, anda melewati sebuah lingkungan perkampungan saat membawa kendaraan, lalu anda melewati tongkrongan anak muda setempat yang berada dipinggir jalan? Apa yang anda lakukan? biasanya mematikan lampu atau mengucap permisi. Namun bagaimana saat anak anak muda tersebut melewati lingkungan perumahan (dalam hal ini kompleks perumahan) anda? Geber geber gas? ngebut? Saya sering kali melihat fenomena gila hormat seperti ini. Di-kampung-nya mereka merasa harus dihormati. Namun saat melewati daerah perumahan orang, mereka seakan tak punya santun. Kejadian macam ini sering terjadi di lingkungan perumahan saya. Alay kampungan tanpa santun ngebut dijalanan perumahan. Bahkan pernah menabrak anak kecil yang sedang bermain di jalanan yang tertutup untuk umum. Bahkan saat ada bazar warga yang ramai, anak-anak kampung itu ngebut dengan matic busuknya yang ber-ban kecil dan berknalpot berisik. Padahal banyak sekali warga, ibu-ibu dan anak kecil yang menyebrang jalan. Apa ini yang disebut budaya saling menghormati?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar